“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata.’ Maha
Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf
:108)
Pergantian siang dan malam merupakan salah satu nikmat dari Allah.
Roda kehidupan sengaja Allah pergulirkan dalam rentang susah dan senang.
Setiap sendi kehidupan memilik pasangan masing-masing. Kalah menang,
sehat sakit, lapang sempit, laki-laki perempuan dan sebagainya. Sudah
ditetapkan Allah sebagai sunnatullah yang tertulis di Lautful Mahfuz.
Begitu juga kejayaan dan kemunduran Islam, sudah Allah desine sedemikian
rupa dan disosialisasikan melalui Al- Qur’an surah Ali Imran ayat 140
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergulirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” Pasang surut peradaban Islam
telah Allah tetapkan. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari
sejarah zaman Nabi Adam hingga Nabi akhir zaman.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi,
Rasulullah saw pernah berkata bahwa umat Islam akan melalui lima periode
hingga hari kiamat nanti, periode kenabian, periode kekhalifahan yang
tegak di atas nilai-nilai kenabian, periode mulkan ‘aadhan atau penguasa yang menggigit, periode mulkan jabariyyan atau
penguasa yang menindas, dan terakhir sebelum datangnya hari kiamat umat
ini sekali lagi akan berjaya dengan kembali ke periode kekhalifahan
yang tegak di atas nilai- nilai kenabian.
Subhanallah.., hadits di atas menyematkan kebahagiaan bagi setiap
kader dakwah karena informasi tersebut diucapkan langsung oleh
Rasulullah, manusia yang teruji kejujuran dan komitmennya dalam
menjayakan Islam.
Abu Ridho dalam pengantar buku Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin,
ia menjelaskan umat Islam abad ke 20 kini telah masuk pada seburuk-
buruk periode, yakni periode mulkan jabariyyanyang artinya secara de jure (aturan) dan de facto (pelaksanaan), hukum Islam tidak lagi ditegakan.
Menelisik lebih jauh, setelah masa penindasan yang kini sedang
terjadi, akan tiba masanya pertolongan Allah datang dengan mengutus
orang -orang pilihan yang siap mengemban amanah dakwah sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah dan para sahabat dahulu.
Kondisi ini selaras dengan perkembangan berbagai macam golongan
Islam, dan satu diantaranya adalah golongan yang Rasulullah rindui.
Periode kekhalifahan yang kembali akan terjadi bukan berarti munculnya
Negara Islam dengan seluruh penduduk beragama Islam. Melainkan sistem
yang digunakan dalam pengelolaan hukum dan tata berkehidupan dengan
sistem Islam.
Ada sebuah kisah mengharukan bagi penulis atas kebijaksanaan Umar bin
Khathab di masa kekhalifahannya. Para pemuda dari suku Hathib mencuri
unta dari suku Muzni. Mereka menyembelih unta tersebut dan memakannya.
Pencurian ini terjadi di saat paceklik, dan pemuda tersebut tertangkap
dan mengakui kesalahan.
Katsir bin Shald mengusulkan potong tangan, namun Umar bin Khathab
justru berkata “carilah alasan yang bisa menghindarkan mereka dari hukum
potong tangan?” Katsir pun menjawab “Saya kira anda telah menyebabkan
mereka kelaparan”. Umar langsung menghukum pemuda tersebut dengan
membayar ganti rugi kepada orang suku Muzni dua kali lipat dari harga
unta. Harga unta tersebut 800 dirham.
Begitulah Umar, sikapnya tidak akan membuat orang yang berakal sehat
menganggap Islam keras. Sebaliknya, ia mengetahui betul sebab pemuda
tersebut mencuri karena kelaparan. Sangat berbeda dengan pemimpin mulkan jabariyyan, tebang pilih hukum adalah hal yang wajar.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah siapa orang-orang yang akan
menjayakan Islam kembali? Hal ini sejurus dengan sejauh mana persiapan
yang dilakukan umat masa kini sebagai bekal perjuangan generasi Islam di
masa yang akan datang.
Umur perjuangan dakwah jauh lebih panjang dari umur kader dakwah itu
sendiri. Fasilitas dan kemudahan bergerak dalam aktivitas dakwah yang
hari ini kader dakwah rasakan adalah hasil dari kerja keras para
penancap pondasi awal dakwah.
Kualitas diri kader dakwah di masa mendatang ditentukan kinerja kader
sekarang. Sistem pewarisan keilmuan, keahlian, setiaan, kedisiplinan
dan komitmen tinggi semakin dibutuhkan. Menjawab tantangan dakwah ke
depan, perlahan godaan dakwah datang dengan lembut. Wujudnya semakin
halus merasuki jiwa-jiwa yang rakus akan kedudukan dan jabatan.
Belajar dari masa kekhalifhan Umar in Khathab, masa kepemimpinan
beliau patut dijadikan referensi kinerja dakwah masa kontemporer, karena
struktur pelayanan Negara kepada rakyat pada masa Umar hampir sama
seperti pada masa sekarang.
Umar Bin Khathab merupakan klalifah yang pertama kali mengangkat
gubernur, tentara, badan peradilan beserta staff para pegawai
pemerintahan dalam memudahkan pelayanan masyarakat. Salah satu pesan
Umar kepada para gubernur adalah “Jika kalian memberikan harta kepada
orang miskin, maka cukupkanlah!”.
Artinya beban hidup orang miskin ditanggung oleh Negara selama mereka
belum mampu, minimal untuk biaya makan hingga mereka mampu. Jika rakyat
menganggur sampai mendapatkan pekerjaan. Kebijakan Umar mencakup untuk
semua orang miuskin, baik Islam maupun non Islam. Selain itu, orang
miskin noni juga dibebaskan kewajiban membayar jizyah.
Dikaitkan dengan masa kontemporer sekarang, akankah hal itu dapat
terulang? Tentu bisa, apa yang tidak mungki bagi Allah. Selama setiap
diri berusaha memberi yang terbaik untuk dakwah. Tidak ada yang muncul
secara tiba-tiba, kesabaran kader dakwah dalam menjalani proses
produktivitas dakwah tidak bisa ditawar.
Pendapatan Umar bin Khathab pada masa itu hanya dari harta rampasan
perang, zakat, dan jizyah yang dikutip dari rakyat. Sedangkan pada masa
sekarang, banyak hal yang dapat dilakukan pemimpin. Pengelolaan sumber
daya alam yang melimpah, pajak, perdagangan, kerjasama bidang ekonomi
dan hal lain. Hanya saja, koruptor penghianat negara masih bersileweran
menindas rakyat.
Oleh karena itu wajar ketika hukum masih tebang pilih, hutang
semakin meningkat, pendapatan Negara semakin direbut para penjilat dan
rakyat semakin terindas. Namun, masih ada segelintir orang-orang yang
tulus mengabdi untuk menebar kebaikan. Merekalah wahana yang akan
semaksimal mungkin melahirkan jundi-jundi dakwah yang lebih berkualitas
dalam menjawab tantangan menjayakan Islam. Mengembalikan Islam seperti
pada masa Rasulullah dahulu, IslamRahmatan Lil’alamin.
Rusmini
Pengurus Daerah KAMMI Medan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar, kritik, dan saran untuk kemajuan bersama. Terima Kasih.